A.
TEKNIK FOTO JURNALISTIK
1.Perencanaan
Perencanaan pada foto jurnalistik
diperlukan untuk menghasilkan gambar dan berita yang menarik perhatian pembaca
dan tentunya mempunyai nilai berita yang tinggi.
Tahap-tahap perencanaan :
A.Mengumpulkan informasi
tentang suatu peristiwa atau acara yang mengandung nilai berita. Pada tahap
perencanaan, informasi mengenai suatu peristiwa/acara yang harus
diketahui oleh wartawan foto adalah kapan waktu, lokasi acara, siapa saja
orang-orang yang terlibat dalam acara tersebut, dalam rangka atau
membahas apa persitiwa yang akan dijadikan berita. Hal-hal tersebut hendaknya
diperhatikan oleh wartawan foto sebelum melaksanakan peliputan, agar tidak
menemui hambatan selama berada di lapangan.
B.Merencanakan gambar
seperti apa yang akan dihasilkan. Hal-hal yang dapat diperhatikan di sini oleh
wartawan foto di antaranya yaitu perencanaan mengenai komposisi foto yang
hendak dihasilkan, perencanaan mengenai angle
yang akan diambil atau juga mengenai perencanaan pembubuhan unsur-unsur seni
yang hendak dimasukkan gambar yang akan dibuat.
2.Menguasai Kamera dan
Cahaya
Penulis risalah fotografi terkenal John Hedgecoe,
menunjukkan bahwa untuk mencapai hasil pemotretan yang sempurna pewarta foto
harus mampu menguasai kamera dan cahaya dengan tagnkas dan terampil. Menentukan
kecapatan, diafragma, penggunaan blitz dan lensa disesuaikan dengan keadaan
cahaya dan objek, hal ini perlu diperhatikan.
Pembuatan foto jurnalistik umumnya harus menghasilkan
gambar yang jelas sehingga apa yang disampaikan mudah diterima dan dimengerti
oleh orang yang melihat foto yang kita hasilkan tersebut.
3.Detil Gambar
Membuat foto jurnalistik memerlukan ketelitian agar
mendapat hasil yang maksimal. Keterampilan membuat gambar yang bermutu harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Dalam dunia fotografi
jurnalistik dikenal metode Entire Detail Frame
Angle Time atau disingkat EDFAT. Metode tersebut diperkenalkan oleh Walter
Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.
Angle Time atau disingkat EDFAT. Metode tersebut diperkenalkan oleh Walter
Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.
A.Entire
Suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan
begitu melihat suatu peristiwa.
B.Detil
Suatu
pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan
pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat.
C.Frame
Suatu tahap dimana
pewarta foto membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar
pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan
akurat.
D.Angle
Tahap
di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata kiri,
mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting untuk mengkonsepsikan visual apa
yang diinginkan.
E.Time
Penentuan penyinaran
dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat
yang telah disebutkan sebelumnya. Pemotretan teknis atas keinginan
membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruangan suatu event atau
kondisi visual bernilai berita dengan cepat dan lugas
4.Melakukan Pemotretan
Tugas utama seorang pewarta foto adalah memotret
peristiwa yang terjadi dengan sebuah kamera. Melakukan pemotretan harus tepat
waktu, karena peristiwa yang sudah lewat tidak bisa diulang lagi. Pemotretan
foto jurnalistik dilakukan beberapa kali sampai mendapat action (gerakan)
yang baik dari sebuah objek.
Secara
sederhana dapat dikatakan foto tersebut berkualitas dilihat dari dua aspek
yaitu:
a.
Aspek Teknis
Aspek teknis berkaitan
dengan kualitas reproduksi gambar, garis gambar yang tegas (tajam) dan
warna-warna cemerlang. Dengan garis-garis gambar yang jelas (tajam), maka
ekspresi foto atau detil-detil subjek yang direkam bisa tampil dengan sempurna,
sedangkan warna-warna yang cemerlang akan memperindah subjek tersebut.
b.
Aspek Visual
Aspek visual
berkaitan dengan subjek yang ditampilkan dalam foto tersebut. Unsur-unsur foto
yang baik diantaranya adalah: jelas dan berkualitas baik, mempunyai daya kejut/eye
catching yang kuat. Menggugah emosi, suasana/mood.
5.Membuat Caption
Caption adalah
keterangan gambar. Caption diperlukan untuk menambah
keterangan tentang tempat, waktu dan dalam peristiwa apa foto itu diambil,
dengan caption akan dapat menguatkan cerita dalam sebuah
gambar yang liputan.
Syarat caption harus
singkat dan padat serta jelas apa yang dimaksud sehingga tidak diperlukan waktu
danyak membacanya.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam membuat caption adalah :
A.Deadline
B.Judul kecil
C.Badan berita
D.Kode
6.Editing Foto
Editing foto berfungsi untuk membuat foto menjadi
berkualitas baik sebelum dijual ke pelanggan maupun di kantor. Editing
dilakukan di lapangan maupun di kantor. Editing di lapangan dilakukan saat
pemotreran oleh fotografer sesuai dengan metode EDFAT. Editing di kantor dilakukan oleh redaktur foto.
Pertimbangan redaktur foto untuk mengedit foto yang layak disiarkan :
A.Mempunyai nilai berita yang tinggi
B.Tidak mengandung SARA
C.Bermanfaat bagi masyarakat
D.Tidak mengandung kesadisan
E.Gambarnya etis/elegan
F.Tidak bersifat mengiklan/mempromosikan lembaga-lembaga
swasta atau suatu produk.
B.TIPS DALAM FOTOGRAFI JURNALISTIK MENURUT
DAMIR S.
1.Antisipasi
Artinya
kita harus lebih sering memotret sebelum berada di lapangan dengan situasi yang
sebenarnya, sehingga kita tidak akan dibingungkan oleh setting kamera dan hanya
berfokus untuk mendapatkan momen.
2.Penelitian
Point
ini berkaitan dengan cerita yang kita bangun. Apabila akan mengunjungi suatu
Negara yang belum pernah kita kunjungi, maka penelitian sejak jauh hari menjadi
penting. Kita harus mengetahui semuanya tentang Negara tujuan, terutama isu apa
saja yang akan kita angkat di masa mendatang.
3.Reach Out
Kita
harus mempunyai banyak teman dan koneksi saat berada di Negara yang belum
pernah kita kunjungi. Damir menjelaskan bahwa kita harus merangkul dan berteman
dengan orang-orang local seperti
pengemudi dan penerjemah karena kita tidak pernah tahu kapan kita membutuhkan
bantuan mereka.
4.Prioritas
Saat
berada di lapangan, Damir mengungkapkan bahwa kita harus mengetahui apa
prioritas yang harus difoto, karena tidak mungkin semua objek perlu difoto.
5.Latihan
Latihan
menguasai kamera dan mengetahui bagaimana cara memaksimalkan kamera merupakan
hal paling penting daripada menggunakan kamera dan teknologi terkini namun
kurang nyaman menggunakannya.
6.Bergaul
Damir
mengungkapkan bahwa meluangkan waktu senggang untuk bercengkrama dengan
orang-orang lokal dinilai penting.
7.Tak Terlihat
Sebisa mungkin Damir menjadi fotografer yang tak terlihat atau invisible. Damir mengungkapkan bahwa
dirinya tidak akan memotret terlebih dahulu saat berada di lokasi.
Batasan Retouching yang diperbolehkan di
suatu foto jurnalistik
Dalam
jurnalistik, olahan baik manual maupun digital boleh dan sah-sah saja, namun
ada batasannya:
1.Tak boleh merubah data yang ada. Membuat blur BG boleh karena mungkin
kita tidak sempat memblurkan saat memotret. Yang tidak boleh adalah pembuatan
blur BG yang berlebihan.
2.Memperbaiki
warna diizinkan asal bukan mengganti.
Boleh memperbaiki kerusakan foto, misal CCD
kotor, negatif tergores dll.
Sumber:Modul lab fotografi Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar