Selasa, 12 April 2016

VI.Kasus Politik "Tugas Gunadarma University"

Sebelumnya saya sudah membahas tentang politik,dan sekarang saya akan membahas tentang kasus politik.

I.Kasus Politik
Politik adalah perilaku dasar kehidupan manusia. Politik juga adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat berwujud proses pembuatan keputusan (decision making) khususnya dalam negara. Dengan demikian ilmu politik adalah cabang dari ilmu social yang berdampingan dengan cabang ilmu social lainnya seperti antropologi, sosiologi, ekonomi dan psikologi. Ilmu politik yang sama dengan ilmu social lainnya berobjekkan manusia sebagai kelompok masyarakat. Ilmu tersebut mempelajari tentang kerjasama manusia untuk mencapai sesuatu. 
Dalam kehidupan politik saat ini terdapat masalah hukum yang membuat perpolitikan Indonesia tidak stabil dan tumbuh tidak sehat. Masalah hukum itu dapat dijadikan bargaining politik bagi siapapun pelaku politik negeri ini. Budaya yang tidak sehat inilah yang membuat pertentangan politik di Indonesia semakin tidak berkualitas. Hal inilah yang membuat kontrapoduktif dalam bangsa ini. 
Budaya buruk politik ini selain tidak berkualitas juga dapat membuat bangsa ini hanya didominasi pertentangan tidak cerdas pada topik tidak berkualitas yang menutupi pikiran membangun bangsa. Masalah politik di Indonesia erat hubungannya dengan masalah-masalah penegakan supremasi hukum yang lemah karena feodalisme lembaga-lembaga hukum terhadap pemegang kekuasaan. Hal ini juga dipicu oleh masalah ekonomi partai maupun kepentingan golongan.

II.Kasus politik terbesar di Indonesia tahun 2015
1. Skandal Freeport
Anggota DPR berinisial SN, yang belakangan diketahui adalah Ketua Dewan Setya Novanto bersama dengan seorang pengusaha bernama Muhammad Riza Chalid melakukan pertemuan dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin medio Mei dan awal Juni di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan.
Pertemuan ketiganya ternyata direkam oleh Maroef. Dalam rekaman itu terungkap bahwa Riza Chalid menyebut nama Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan.
Dalam rekaman itu, Riza menyarankan agar Freeport memberikan saham pada Presiden Jokowi sebesar 11 persen, dan Jusuf Kalla 9 persen. Total 20 persen saham.
Maroef mengakui sebagai pihak yang merekam kemudian melaporkan hal itu pada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Sudirman selanjutnya meneruskan laporan tersebut kepada DPR.
Menyikapi hal ini, DPR langsung menggelar sidang Mahkamah Kehormatan DPR untuk Setya Novanto. Saksi yang dihadirkan antara lain, Maroef, Sudirman, dan Luhut.
2. Duo Fadli Zon dan Setya Novanto
Nama Setya Novanto dan Fadli Zon paling sering diperbincangkan di media sosial. Mereka menarik perhatian netizen setelah bertemu dengan kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump di Amerika Serikat.
Saat itu, Trump bertanya pada Setya apakah orang Indonesia menyukainya? Setya mengatakan “Iya”. Pernyataan Setya ini dianggap tidak mewakili seluruh warga se-tanah air. Ia pun di-bully di media sosial. Tak lama setelah itu, Setya dan Fadli kembali menuai kontroversi karena diundang oleh Raja Saudi Arabia untuk haji gratis pasca tragedi crane di Mekkah. Disusul kejadian tragedi di Mina.
3. Konflik di tubuh Golkar
Pada 19 Mei, Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta sehingga kembali ke putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.
Putusan itu membatalkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly yang mengesahkan kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta.
Kepengurusan Golkar pun kembali kepada hasil Munas Riau 2009 yang dipimpin Aburizal “Ical” Bakrie dengan Idrus Marham sebagai sekretaris jenderal. Dalam kepengurusan tersebut, Agung Laksono menjabat sebagai wakil ketua umum.
Ical mengatakan Partai Golongan Karya siap menatap masa depan. Kisruh yang sempat mengguncang partai berlambang beringin ini, Ical sudah menjadi masa lalu.

III.Kesimpulan
Politisi di negri ini sudah melupakan tugas awalnya yang bekerja untuk rakyat.Kebanyakan dari mereka menjadi wakil rakyat hanya sebatas tergiur dengan fasilitas yang diberikan pemerintah dan jabatan yang tinggi dengan mengatas namakan rakyat.Dengan jabatan tersebut mereka lupa dengan janji manis yang diberikan saat kampanye berlangsung,merangkak dan memohon belas kasih agar mendapat empati dari masyarakat. Dalam kehidupan politik saat ini terdapat masalah hukum yang membuat perpolitikan Indonesia tidak stabil dan tumbuh tidak sehat.Hukum politik di Indonesia seperti di kuasai oleh mereka yang punya jabatan tinggi di negri ini,hukum di negri ini terasa tumpul keatas tapi tajam kebawah.Seharusnya hukum bertindak adil kepada siapa saja mereka yang melanggarnya,tanpa memandang siapa dan apa jabatannya,hukum di Indonesia bersifat mutlak yang sudah di atur oleh UU,agar kedepannya tidak ada lagi kasus-kasus politik yang perlahan-lahan menggerogoti pola pikir bangsa ini.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar